Forum Mahasiswa Tafsir Hadis Se-Indonesia (FKMTHI) bekerjasama dengan Yayasan Bina Bangsa Indonesia (BBI) dan media sangkhalifah.co mengadakan Webinar dengan tema: Radikalisme dan Pertarungan Ideologi di kampus pada Sabtu, 8 Agustus 2020 pukul 13.00 sampai 15.00 WIB. Webinar tersebut dilaksanakan melalui aplikasi zoom meeting dan live di akun youtube Sang Khalifah dan NU Channel.
Dalam webinar yang dilaksanakan Sabtu (8/8) ini menghadirkan dua narasumber, pertama Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan dan Mantan Ketua HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah. Acara ini dibuka langsung oleh Ketua Umum FKMTHI, Ach. Sayuthi dan dimoderatori oleh Karin Nur Azizah A. M, Pengurus Pusat IPPNU Bidang Hubungan Pesantren.
Ken Setiawan sebagai narasumber pertama menyampaikan bahwa anak muda hari ini sudah mulai banyak yang tergiur dengan idiologi radikal. Ia menilai hal ini disebabkan kurang massifnya pemerintah dalam memasyarakatkan Pancasila “kondisi hari ini menjadi pemicu salah satunya adalah terkait bagaimana pemerintah memasyarakatkan Pancasila” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa yang menjadi pemicu utama terperangkapnya anak muda terhadap ideologi radikal ini adalah propaganda di media sosial yang menyebar-luas dengan diamnya kelompok yang moderat sehingga seolah-olah mereka lah kelompok mayoritas. Cara penyebaran paham radikal ini di media sosial ini merupakan cara apik yang dikenal dengan hipnosis, sebuah pengkondisian dan pengulangan informasi terus-menerus.
Sebagai orang yang pernah berkicipung langsung di dakwah NII dan merupakan Mantan Panglima NII (Negara Islam Indonesia), ia juga tak lupa menjelaskan cara perekrutan kelompok radikal ini. Ada banyak macam cara untuk merekrut para anak muda. Salah satunya adalah menggunakan pendekatan sesuai hobi.
“Perekrutan kelompok radikalisme di kalangan anak muda atau mahasiswa bukan lagi di mushalla dan masjid-masjid namun di kafe, di mall-mall dan tempat yang tidak mencurigakan. Satu korban merekrut yang sesuai dengan hobinya ketika sudah tertarik, nanti akan diajak ke suatu tempat untuk diyakinkan bahwa calon anggota tersebut berada dalam tempat yang kotor dan ia mampu untuk hijrah ke negara baru, yaitu negara Islam atau konsep khilafah” jelasnya.
Pengalangan dana tak luput dari pembahasan Mantan Panglima NII tersebut, penggalangan dana biasanya untuk di kalangan mahasiswa, menggunakan dana kiriman dari orang tua dengan skenario mengganti barang teman atau fasilitas kampus yang dirusak oleh si mahasiswa yang bergabung dengan kelompok radikal tersebut yang biasanya lebih besar secara nominal dibandingkan uang jajan atau bayaran semesteran mereka.
Ayik Heriansyah sebagai narasumber yang kedua menyampaikan bahwa Adanya gerkan radikal di kampus sudah lama, sejak tahun 80-an. Mulai lahir bibit kelompok radikal yang berafiliasi kepada kelompok radikal transnasional. “Embrionya sudah ada dalam bentuk halaqah-halaqahan yang dilakukan dan diorganisir yang beraviliasi dengan kelompok radikal transnasional” ungkap Gus Ayik.
Penyebaran radikalisme di lingkungan kampus bukan tidak beralasan, menurut Mantan Ketua HTI Bangka Belitung tersebut, dalam gerakan radikal, kampus diibaratkan sebagai miniatur masyarakat sesungguhnya. Nanti siapa yang bisa menguasai kampus, maka bisa menguasai masyarakat. Itu doktrin yang dianut oleh semua gerakan radikal.
Di akhir sesi diskusi webinar, kedua narasumber memberikan closing statement. Ken Setiawan mengharapkan kementerian yang terkait dengan kampus atau lembaga-lembaga untuk bersinergi dalam melawan gerakan radikal. Ia menyampaikan “jadi kita berharap kementerian lembaga terkait di kampus dalam hal ini Kementerian Dikti, jadi kita berharap melakukan pencegahan secara massif bukan hanya sekadar kegiatan yang biasa saja, karena kelompok radikal melakukan aktivitasnya secara luar biasa. jadi kalau kita hanya melakukan hal yang biasa saja, ibarat lilin, mereka menyalakan lilin dan kita lilinnya lebih kecil maka kita akan kalah”
sebuah himbauan kepada para pemuda untuk tetap waspada dan tidak lupa ikut meramaikan gerakan dakwah di kampus sebagai penyeimbang gerakan dakwah dari kelompok radikal. Gus Ayik menyampaikan “Saya ini menyarankan Mahasiswa yang berlatar belakang NU dan Muhammadiyah agar turun gunung dan aktif bergabung dalam lembaga-lembaga kemahasiswaan, Lembaga Dakwah Kampus sehingga bisa mewarnai atau setidaknya mencairkan keradikalan Lembaga Dakwah Kampus yang ada sekarang karena pertarungan riilnya itu antar mahasiswa”
FKMTHI Nasional