Oleh Penulis Buku "Bela Islam Indonesia Bela Kemanusiaan" (Lufaefi)
Mahasiswa Tafsir dan Hadis (TH) itu istimewa. Walaupum seringkali bingung ketika ditanya mau jadi apa setelah lulusnya, tapi mereka punya tugas mulia. Bahkan tugas paling mulia, yang tidak bisa dilakukan oleh mahasiswa bukan TH.
.
Tugas mulia itu adalah menghadirkan pemaknaan Quran dan Hadis yang bernuansa damai, harmonis dengan zaman dan tidak inklusif untuk perdamaian dunia. Hal itu berkaitan karena munculnya para pengaku pembela Islam, akan tetapi rela mengorbankan kemanusiaan, keras pada yang tak sepaham. Pemahamannya yang mengerikan itu kerap kali didasari dengan Quran dan Hadis. Kemana anak TH kalau hanya diam dan duduk manis serta enggan peduli dengan fenomena itu?
.
Fenomena itu melahirkan orang-orang yang enggan belajar TH tetapi menafsirkan kedua sumber itu. Padahal, Quran dan Hadis tidak layak diekslpoitasi oleh orang non TH. Karena tidak mungkin persoalan kesehatan kita larikan ke pihak yang bukan Dokter. Tidak sepatutnya pula persoalan Quran Hadis disampaikan oleh yang tidak berada dalam kajian keduanya. Dua sumber Islam itu harus bisa dikemas dan dibingkai dalam neraca welas asih, perdamaian dan kasih sayang kepada seluruh alam. Siapa yang akan melakukan itu kalau bukan anak TH?
.
Mengemban tugas mulia sebenarnya adalah menjadi pengkaji Quran dan Hadis. Mengemban amanah Tuhan untuk terus melestarikan pemaknaan dan pemahaman ayat suci dengan santun, rukun dan menyatukan. Tugas mulia itu tak patut dikapitalisasi oleh non TH yang tak pernah mengkaji keilmuan-keilmuannya. Mahasiswa TH yang pantas menampilkan fakta tentang Quran dan Hadis adalah sumber welas asih bagi seluruh alam.
.
Lanpung, 23 September 2019.
FKMTHI Nasional