Choose Your Color

Informasi

Berita

Virtual Healing Pengurus Pusat FKMTHI Bahas Mengenal Tuhan dengan Mengenal Diri

Virtual Healing Pengurus Pusat FKMTHI Bahas Mengenal Tuhan dengan Mengenal Diri

  • 2022-02-06 21:58:20
  • Administrator
  • Berita

fkmthi.com - Sejatinya, mengenal Tuhan dapat dibahas dengan berbagai aspek. Bisa dari proses penciptaan manusia, dengan melihat tanda-tanda kebesaran di alam semesta baik yang ada di alam maupun yang ada pada diri manusia.

Demikian dsampaikan oleh Rizky Prayogo selaku narasumber dalam acara Virtual Healing Muda Tafsir Hadis yang diselenggarakan oleh Departemen Agama dan Pengabdian Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia (FKMTHI). Jumat, (4/2/2022).

Acara yang berlangsung via live instagram resmi Pengurus Pusat FKMTHI itu merupakan kegiatan rutin setiap bulan.

Pada kesempatan kali ini, virtual healing mengusung pembahasan "Mengenal Tuhan dengan Mengenal Diri".

Rizki memaparkan, bahwa salah satu cara mengenal Tuhan tertuang pada surat An-Nahl ayat 78.

Ia menjelaskan, ayat ini di awali dengan Wallahu akhrojakum mim buthuni ummahatikum sebelum kita mengenal diri, sudah pasti Allah ciptakan kita ke dunia terlebih dari melalui perut ibu kita. Sedangkan kalimat Laa ta'lamuuna syai'an yakni dalam kondisi masih bayi (lemah) belum tahu apa-apa, masih perlu bantuan orang-orang sekitar.

“Kalimat Wa ja'ala lakumus-Sam'a wal abshaara wal af'idah Lalu untuk menjalani kehidupan di dunia ini Allah menganugerahkan kita potensi berupa As-Sam'a (pendengaran), Al-Abshar (penglihatan), Al-Af'idah" (kecerdasan),” katanya.

Ketiga hal ini menurut Rizky bisa menjadi bekal utama untuk kita dapat menerima segala macam hal baik melalui pendengaran, maupun dengan penglihatan, lalu diolah dengan baik oleh Al-Af'idah, kecerdasan.

"Semakin dewasa, tentu kita akan mengalami fase-fase peningkatan kapasitas diri. Baik itu kekuatan fisik, itu merupakan cara Allah SWT menanamkan secara perlahan potensi kepada manusia pada perjalanan hidupnya nanti dengan potensi-potensi tersebut manusia dapat mengenal siapa yang menciptakannya juga memberikan segala fasilitas yang ada dalam hari-harinya," ujar Rizky.

Ia melanjutkan, ketiga potensi tersebut merupakan sumber masuknya ilmu pengetahuan yang dapat diolah dengan baik oleh Al-Af'idah.

"Pada akhirnya, dari proses ilmu tersebut yaitu La'allakum tasykurun di mana ketika seseorang telah mendapatkan kecerdasan dari ilmu pengetahuan dan keteladanan," imbuhnya.

Al-Af'idah ini, lanjut Rizky, akan menggerakkan kita sebagai manusia untuk meneladani segala hal yang baik. Dari sinilah kita akan selalu menunaikan hal-hal baik dan menyuarakannya.

"Kemudian, La'allakum tasykurun. Goals dari ayat ini adalah bagaimana proses kita sebagaimana manusia dalam bersyukur, yang tidak hanya mengucapkan kalimat hamdalah ketika sudah mempunyai ilmu, tetapi cara bersyukurnya adalah dengan mengimplementasikan ilmunya (memberikan keteladanan yang baik) dan juga membagikan ilmu yang telah didapatkannya. Perlahan dengan demikian kita akan mengenal Tuhan dengan baik," ujarnya.

Dengan mengutip pendapar Imam Fakhruddin Al-Razi, jelas Rizky, manusia diberikan bekal al-Quwwah an-nazhariyah dan al-Quwwah al-'amaliyah. Al-Quwwah an-Nazariyah adalah kekuatan manusia untuk berfikir.

"Allah menganugerahi manusia bekal ini tidak serta merta hanya untuk menjadi seorang ilmuwan saja, namun lebih dari itu yakni bagaimana tahap ia untuk mengenal Allah Swt. Kemudian al-Quwwah al-'amaliyah adalah kekuatan manusia untuk melakukan sesuatu. Artinya, setelah manusia tahu bahwa sesuatu itu baik atau tidak, ia dapat menentukan sikapnya," katanya.

Dalam kesempatan ini, Rizky menjelaskan bahwa salah satu cara mengenal Tuhan, yakni dengan sadari betapa banyaknya potensi kemanusiaan kita yang bisa menghantarkan kita untuk mengenal Allah.

"Alam semesta teratur dengan begitu rapihnya tanpa tiang, planet-planet yang berjalan pada orbitnya, matahari dan bulan yang mengitari porosnya, semua itu telah diatur oleh Allah Swt. dengan sedemikian rupa tanpa bantuan siapapun dengan ke-Mahakuasaan-Nya," paparnya.

Rizky menyebut, hal itu tidak dapat kita untuk mengingkari-Nya. Dengan kata lain, tidak mungkin ada ciptaan tanpa pencipta. Bahkan dengan adanya diri kita sebagai manusia, pertanda bahwa Tuhan itu memang ada. (Sofhal)