Berita
Mengungkap Makna Semangat Kemerdekaan dan Keberagaman Masjid Istiqlal
Mengungkap Makna Semangat Kemerdekaan dan Keberagaman Masjid Istiqlal
- 2023-02-21 18:32:02
- Administrator
- Berita
Oleh: Najihus Salam
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Muhammadiyah Surakarta
BANGSA Indonesia sudah sejak dulu dikenal akan keberagamannya, mulai dari keberagaman suku, budaya, hingga kepercayaan. Maka tak heran jika di Indonesia kerap dijumpai pemandangan rumah ibadah antaragama yang letaknya beriringan. Misalnya di Kota Malang terdapat Gereja Protestan Indonesia bagian Barat atau yang disingkat GPIB Imannuel dengan Masjid Agung Jami’.
Selain itu, terdapat juga di wilayah Nusa Dua, Bali yang terdapat kawasan Puja Mandala yang sering kali dianggap sebagai miniatur dari “Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”. Penamaan julukan tersebut karena kawasan itu terdapat lima tempat ibadah yang berbeda.
Di antara berbagai fakta tersebut, yang paling mencolok yakni keberadaan Masjid Istiqlal Jakarta yang beriringan dengan Gereja Katedral. Lokasi keduanya tak jauh dari tugu Monumen Nasional (Monas) maupun dengan Monumen Istana Negara.
Soekarno, Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta
Tentunya keberadaan pembangunan yang berseberangan itu tidak hanya asal sembarang membangun. Pembangunan Masjid Istiqlal tidak terlepas dari semangat toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia. Pembangunan Masjid Istiqlal yang beriringan dengan Gereja Katedral di Jakarta itu sengaja dibuat oleh inisioatornya, yakni Presiden Soekarno. Hal yang sama juga dilakukannya saat membangun Masjid Agung Jami’ di Malang yang berdekatan dengan GPIB Imannuel.
Presiden Soekarno dan jajarannya ingin menunjukkan pada dunia bahwa semangat persatuan, bukan hanya di lambangkan dalam Pancasila. Melainkan juga di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Pembangunan Masjid Istiqlal juga mencerminkan semangat Kebhinekaan. Bisa dilihat dari Arsitek dari Pembangunan Masjid Istiqlal ternyata adalah seorang Kristen Protestaan yang uniknya juga anak dari seorang Pendeta Batak. Ia menekuni bidang Arsitektur di negara Belanda. Seorang arsitek yang berasal dari Sumatra Utara ini bernama Frederich Silaban.
Selain dari seorang arsitek pembangunan Masjid Istiqlal yang cukup unik, semangat toleransi umat beragama juga dapat di identifikasi saat perayaan hari besar keagamaan. Hal itu dapat dilihat ketika Masjid Istiqlal maupun Gereja Katedral Jakarta secara bergantian menyediakan tempat parkir untuk memudahkan umat yang sedang merayakan hari besar keagamaannya.
Masjid Istiqlal dan Semangat Kemerdekaan
Di mata seorang Presiden Soekarno, bukan hanya berbicara mengenai tumpukan bahan material, melainkan saat meembangun rumah ibadah sebesar Masjid Istiqlal merupakan cermin dari kebangkitan sebuah bangsa. Kata istiqlal memili arti “kemerdekaan”, bangunan Masjid Istiqlal merupakan simbol yang melambangkan kemerdekaan Indonesia termasuk dalam hal keberagaman.
Presiden Soekarno pernah berpesan kepada bangsa Indonesia “Perjuanganku lebih mudah karena melawan para penjajah. Namun perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan saudara sendiri”. Bung Karno sangat menyadari bahwa ratusan tahun lalu intoleransi pernah memecah belah bangsa Indonesia. Ia menilai hal itu membuat bangsa Indonesia mudah untuk diadu domba dan akhirnya menjadikan Indonesia jauh tertinggal dibanding bangsa-bangsa lainnya.
Padahal, ketika melihat romantisme sejarah, sejak zaman dahulu para leluhur bangsa Indonesia banyak mengukir berbagai prestasi seperti pembuatan kapal yang besar, candi yang megah dan luar biasa dan semangat keberagaman yang memampukan untuk mencapai begitu banyak hal. Semua itu tersimpan dalam keberagaman bangsa Indonesia.
Semangat Keberagaman dalam Resep Qur’ani
Perbedaan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari dan itu diakui dalam Islam adalah hal yang wajar. Keberagaman itu pun di afirmasi dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan dalam kalam-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat: 13)
Tujuan Allah menciptakan manusia yang penuh keberagaman seperti bersuku-suku, berbangsa-bangsa ialah untuk saling mengetahui, kenal-mengenal, bukan untuk saling membanggakan atau merasa paling hebat apalagi saling mencela satu sama lain. Bahkan islam mengajarkan agar berinteraksi sosial dengan baik kepada siapa pun tanpa memanda agama, suku dan ras serta tidak minimbulkan dampak negatif satu dengan yang lain.
Inilah yang harusnya menjadi nilai toleransi dalam islam untuk menjaga kerukunan dalam keberagaman. Semoga semangat keberagaman ini terus semakin meningkat. Indonesia membutuhkan kita semua untuk membangun semangat keberagaman yang merupakan kunci dari kebangkitan bangsa. Semoga kita semua mampu dan mau untuk meneruskan perjuangan ini. Aamiin Allahumma Aamiin